REKONSTRUKSI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS MODERASI BERAGAMA DI MI MA’ARIF NU 02 SINDANG SARI
Kata Kunci:
Kurikulum Pendidikan Islam, Moderasi Beragama, Wasatiyyah, ToleransiAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan merekonstruksi kurikulum Pendidikan Islam di MI Ma’arif NU 02 Sindang Sari dengan pendekatan nilai-nilai moderasi beragama. Moderasi beragama (wasatiyyah) merupakan prinsip penting dalam ajaran Islam yang menekankan keseimbangan, toleransi, dan penolakan terhadap segala bentuk ekstremisme. Konsep ini menjadi sangat relevan dalam konteks pendidikan dasar, sebagai fondasi dalam membentuk karakter anak yang inklusif dan berkeadaban. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif jenis studi kasus, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi terhadap guru, kepala sekolah, siswa, dan orang tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurikulum yang berlaku masih dominan pada aspek kognitif dan ritus keagamaan, namun belum menyentuh nilai-nilai toleransi secara eksplisit. Tantangan utama dalam implementasi nilai moderasi meliputi resistensi ideologis, keterbatasan sumber daya ajar, serta minimnya pelatihan guru. Penelitian ini menawarkan model rekonstruksi kurikulum yang menekankan pada integrasi keterampilan berpikir kritis, pemahaman terhadap keberagaman, serta pengenalan isu-isu kontemporer ke dalam pembelajaran. Proses implementasi disusun dalam tiga fase: pelatihan guru, uji coba kurikulum, dan evaluasi berkelanjutan. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi rujukan bagi lembaga pendidikan Islam dasar lainnya dalam mengembangkan kurikulum yang relevan dengan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin dan realitas sosial Indonesia.
This research aims to evaluate and reconstruct the Islamic Education curriculum at MI Ma’arif NU 02 Sindang Sari with an approach based on the values of religious moderation. Religious moderation (wasatiyyah) is an important principle in Islamic teachings that emphasizes balance, tolerance, and the rejection of all forms of extremism. This concept becomes highly relevant in the context of primary education, serving as a foundation for shaping inclusive and civilized children's character. Using a qualitative case study approach, data were collected through in-depth interviews, participatory observations, and documentation studies involving teachers, school principals, students, and parents. The research results show that the current curriculum still predominantly focuses on cognitive aspects and religious rituals but has not yet explicitly addressed the values of tolerance. The main challenges in implementing moderation values include ideological resistance, limited teaching resources, and insufficient teacher training. This research offers a curriculum reconstruction model that emphasizes the integration of critical thinking skills, understanding of diversity, and the introduction of contemporary issues into learning. The implementation process is structured in three phases: teacher training, curriculum trial, and continuous evaluation. The results of this research are expected to serve as a reference for other basic Islamic educational institutions in developing a curriculum that is relevant to the values of Islam rahmatan lil ‘alamin and the social realities of Indonesia.